Kamis, 06 Desember 2018

sumber eksternal dan internal

SUMBER SEJARAH EKSTERNAL MASUKNYA ISLAM KE INDONESIA

1. Berita Arab. Berita Arab diketahui dari para pedagang Arab yang melakukan aktivitasnya dalam bidang perdagangan dengan bangsa Indonesia. Para pedagang Arab ini telah datang ke Indonesia sejak masa Kerajaan Sriwijaya (Abad ke-7 M). Hubungan pedagan Arab untuk Kerajaan Sriwijaya yaitu zabaq, zabay, atau sribusa.
2. Berita Eropa, dibawa oleh Marcopollo (Italia) yang menjadi orang Eropa pertama yang datang ke Indonesia. ketika Marcopollo kembali dari Cina menuju Eropa melalui jalan laut, Marcopollo mendapat tugas dari kaisar Cina untuk mengantarkan putrinya yang dipersembahkan kepada kaisar Romawi. Dalam perjalanan tersebut Marcopollo singgah di Sumatra bagian utara, Di daerah ini Marcopollo menemukan adanya kerajaan Islam yaitu Kerajaan Samudera Pasai.
3. Berita India, para pedagang Gujarat dari India selain melakukan perdagangan juga menyebarkan agama Islam di pesisir pantai..
4. Berita Cina, Ma Huan (Sekretaris Laksamana Cheng Ho) mengatakan bahwa pada tahun 1400 telah ada pedagang-pedagang Islam yang tinggal di pantai utara Jawa.

SUMBER SEJARAH INTERNAL MASUKNYA ISLAM KE INDONESIA

Berikut adalah sumber sejarah mengenai masuknya agama Islam ke Indonesia dari sumber internal.
1. Batu nisan Fatimah binti Maimun (1028) sezaman dengan masa Kerajaan Kediri yang bertuliskan Arab di Leran (Gresik). Peniggalan batu nisan ini menjadi bukti bahwa agama Islam sudah masuk ke daerah Jawa Timur.
2. Makam Sultan Malik as-Saleh (1297) di Sumatra (Raja Samudera Pasai). Berdasarkan peninggalan ini dapat disimpulkan bahwa untuk pertama kalinya muncul seorang raja beragama islam dengan gelar “Sultan”.
3. Makam Syekh Maulana Mlaik Ibrahim (1419) di Gresik. Jirat makam ini didatangkan dari Gujarat dan berisi tulisan-tulisan Arab.
Dari sumber-sumber tersebut dapat dipastikan bahwa pengaruh Islam di Indonesia telah berkembang sejak masa kerajaan Hindu hingga pada suatu saat perkembangan islam dapat menggeser pengaruh Hindu di Indonesia.

4 teori

Pedagang Islam
Pedagang Arab (sumber: tugassekolah.com)
Para ahli sejarah memberikan 4 teori bagaimana proses masuknya Islam ke Nusantara. Masing-masing teori dijelaskan berdasarkan rentan waktu yang berbeda. Mulai dari abad ke 7, hingga ada pula yang menyebutkan abad ke 13Nah apa saja ya teori-teori yang dimaksud? 
1. Teori Gujarat
Teori ini beranggapan bahwa agama dan kebudayaan Islam dibawa oleh para pedagang dari daerah Gujarat, India yang berlayar melewati selat Malaka. Teori ini menjelaskan bahwa kedatangan Islam ke Nusantara sekitar abad ke 13, melalui kontak para pedagang dan kerajaan Samudera Pasai yang menguasai selat Malaka pada saat itu.
Teori ini juga diperkuat dengan penemuan makam Sultan Samudera Pasai, Malik As-Saleh pada tahun 1297 yang bercorak Gujarat. Teori ini dikemukakan oleh S. Hurgronje dan J. Pijnapel.
Makam Malik As Saleh
Makam Sultan Malik As-Saleh (sumber: steemit.com)
2. Teori Persia
Umar Amir Husen dan Hoesein Djadjadiningrat berpendapat bahwa Islam masuk ke Nusantara melalui para pedagang yang berasal dari Persia, bukan dari Gujarat. Persia adalah sebuah kerajaan yang saat ini kemungkinan besar berada di Iran.
Teori ini tercetus karena pada awal masuknya Islam ke Nusantara di abad ke 13, ajaran yang marak saat itu adalah ajaran Syiah yang berasal dari Persia. Selain itu, adanya beberapa kesamaan tradisi Indonesia dengan Persia dianggap sebagai salah satu penguat.
Contohnya adalah peringatan 10 Muharam Islam-Persia yang serupa dengan upacara peringatan bernama Tabuik/Tabut di beberapa wilayah Sumatera (Khususnya Sumatera Barat dan Jambi).
Tabuik
Prosesi Acara Tabuik (sumber: wartakepri.co.id)
3. Teori China
Lain halnya dengan Slamet Mulyana dan Sumanto Al Qurtuby, mereka berpendapat bahwa sebenarnya kebudayaan Islam masuk ke Nusantara melalui perantara masyarakat muslim China.
Teori ini berpendapat, bahwa migrasi masyarakat muslim China dari Kanton ke Nusantara, khususnya Palembang pada abad ke 9 menjadi awal mula masuknya budaya Islam ke Nusantara. Hal ini dikuatkan dengan adanya bukti bahwa Raden Patah (Raja Demak) adalah keturunan China, penulisan gelar raja-raja Demak dengan istilah China, dan catatan yang menyebutkan bahwa pedagang China lah yang pertama menduduki pelabuhan-pelabuhan di Nusantara.
4. Teori Mekkah
Dalam teori ini dijelaskan bahwa Islam di Nusantara dibawa langsung oleh para musafir dari Arab yang memiliki semangat untuk menyebarkan Islam ke seluruh dunia pada abad ke 7. Hal ini diperkuat dengan adanya sebuah perkampungan Arab di Barus, Sumatera Utara yang dikenal dengan nama Bandar Khalifah.
Selain itu, di Samudera Pasai mahzab yang terkenal adalah mahzab Syafi’i. Mahzab ini juga terkenal di Arab dan Mesir pada saat itu. Kemudian yang terakhir adalah digunakannya gelar Al-Malik pada raja-raja Samudera Pasai seperti budaya Islam di Mesir. Teori inilah yang paling benyak mendapat dukungan para tokoh seperti, Van Leur, Anthony H. Johns, T.W Arnold, dan Buya Hamka.
Islam juga sempat menjadi kekuatan yang cukup disegani di Nusantara, hal ini ditandai dengan munculnya banyak kerajaan Islam yang cukup terkenal dan berkuasa. Apa saja kerajaan-kerajaan Islam yang berkuasa?
kerajaan islam-1


Sejarah masuknya islam

SEJARAH MASUKNYA ISLAM

Penyebaran Islam menurut sejumlah catatan[sunting | sunting sumber]

Berbagai teori perihal masuknya Islam ke Indonesia terus muncul sampai saat ini. Fokus diskusi mengenai kedatangan Islam di Indonesia sejauh ini berkisar pada tiga tema utama, yakni tempat asal kedatangannya, para pembawanya, dan waktu kedatangannya. Seperti banyak diketahui jika daerah penghasil batu kapur yaitu Kota Barus (Sibolga-Sumatera Utara) sudah digunakan oleh para firaun di mesir untuk proses pemakaman mumi firaun. Berdasarkan hal tersebut membuktikan jika jauh sebelum islam datang, masyarakat Nusantara sudah berhubungan dengan dunia luar. Ada kemungkinan Islam sudah masuk di Nusantara terjadi pada masa Kenabian atau masa hidupnya Nabi Muhammad. Mengenai tempat asal kedatangan Islam yang menyentuh Indonesia, di kalangan para sejarawan terdapat beberapa pendapat. Ahmad Mansur Suryanegara mengikhtisarkannya menjadi tiga teori besar. Pertama, teori Gujarat, India. Islam dipercayai datang dari wilayah Gujarat – India melalui peran para pedagang India muslim pada sekitar abad ke-13 M. Kedua, teori Makkah. Islam dipercaya tiba di Indonesia langsung dari Timur Tengah melalui jasa para pedagang Arab muslim sekitar abad ke-7 M. Ketiga, teori Persia. Islam tiba di Indonesia melalui peran para pedagang asal Persia yang dalam perjalanannya singgah ke Gujarat sebelum ke nusantara sekitar abad ke-13 M. Mereka berargumen akan fakta bahwa banyaknya ungkapan dan kata-kata Persia dalam hikayat-hikayat Melayu, Aceh, dan bahkan juga Jawa.[1] Melalui Kesultanan Tidore yang juga menguasai Tanah Papua, sejak abad ke-17, jangkauan terjauh penyebaran Islam sudah mencapai Semenanjung Onin di Kabupaten FakfakPapua Barat.
Kalau Ahli Sejarah Barat beranggapan bahwa Islam masuk di Indonesia mulai abad 13 adalah tidak benar, Abdul Malik Karim Amrullah berpendapat bahwa pada tahun 625 M sebuah naskah Tiongkok mengkabarkan bahwa menemukan kelompok bangsa Arab yang telah bermukim di pantai Barat Sumatera(Barus).[2] Pada saat nanti wilayah Barus ini akan masuk ke wilayah kerajaan Sriwijaya.
Pada tahun 30 Hijriyah atau 651 M semasa pemerintahan Khilafah Islam Utsman bin Affan (644-656 M), memerintahkan mengirimkan utusannya (Muawiyah bin Abu Sufyan) ke tanah Jawa yaitu ke Jepara (pada saat itu namanya Kalingga). Hasil kunjungan duta Islam ini adalah raja Jay Sima, putra Ratu Sima dari Kalingga, masuk Islam.[3] Namun menurut Hamka sendiri, itu terjadi tahun 42 Hijriah atau 672 Masehi.[4]
Pada tahun 718 M raja Srivijaya Sri Indravarman setelah pada masa khalifah Umar bin Abdul Aziz (717 - 720 M) (Dinasti Umayyah) pernah berkirim surat dengan Umar bin Abdul Aziz sekaligus berikut menyebut gelarnya dengan 1000 ekor gajah, berdayang inang pengasuh di istana 1000 putri, dan anak-anak raja yang bernaung di bawah payung panji. Baginda berucap terima kasih akan kiriman hadiah daripada Khalifah Bani Umayyah tersebut.[5] Dalam hal ini, Hamka mengutip pendapat SQ Fatimi yang membandingkan dengan The Forgotten Kingdom Schniger bahwa memang yang dimaksud adalah Sriwijaya tentang Muara Takus, yang dekat dengan daerah yang banyak gajahnya, yaitu Gunung Suliki. Apalagi dalam rangka bekas candi di sana, dibuat patung gajah yang agaknya bernilai di aana. Tahun surat itu disebutkan Fatemi bahwa ia bertarikh 718 Masehi atau 75 Hijriah. Dari situ, Hamka menepatkan bahwa Islam telah datang ke Indonesia sejak abad pertama Hijriah.[6]
Selain itu, fakta yang juga tak bisa diabaikan adalah bahwa adanya kitab Izh-harul Haqq fi Silsilah Raja Ferlak yang ditulis Abu Ishaq al-Makrani al-Fasi yang berasal dari daerah MakranBalochistan menyebut bahwa Kerajaan Perlak didirikan pada 225 H/847 M diperintah berturut-turut oleh delapan sultan.[7]

Sanggahan Teori Islam Masuk Indonesia abad 13 melalui Pedagang Gujarat[sunting | sunting sumber]

Teori Islam Masuk Indonesia abad 13 melalui pedagang Gujarat, menurut pendapat sebagian besar orang, adalah tidaklah benar. Apabila benar maka tentunya Islam yang akan berkembang kebanyakan di Indonesia adalah aliran Syi'ah karena Gujarat pada masa itu beraliran Syiah, akan tetapi kenyataan Islam di Indonesia didominasi Mazhab Syafi'i.
Sanggahan lain adalah bukti telah munculnya Islam pada masa awal dengan bukti Tarikh Nisan Fatimah binti Maimun (1082M) di Gresik.[8]

Masa kolonial[sunting | sunting sumber]

Anak-anak mengaji Al Quran di Jawa pada masa kolonial Hindia Belanda
Pada abad ke-17 masehi atau tahun 1601 kerajaan Hindia Belanda datang ke Nusantara untuk berdagang, namun pada perkembangan selanjutnya mereka menjajah daerah ini. Belanda datang ke Indonesia dengan kamar dagangnya, VOC, sejak itu hampir seluruh wilayah Nusantara dikuasainya kecuali Aceh. Saat itu antara kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara belum sempat membentuk aliansi atau kerja sama. Hal ini yang menyebabkan proses penyebaran dakwah terpotong.
Dengan sumuliayatul (kesempurnaan) Islam yang tidak ada pemisahan antara aspek-aspek kehidupan tertentu dengan yang lainnya, ini telah diterapkan oleh para ulama saat itu. Ketika penjajahan datang, para ulama mengubah pesantren menjadi markas perjuangan, para santri (peserta didik pesantren) menjadi jundullah (pasukan Allah) yang siap melawan penjajah, sedangkan ulamanya menjadi panglima perang. Potensi-potensi tumbuh dan berkembang pada abad ke-13 menjadi kekuatan perlawanan terhadap penjajah. Ini dapat dibuktikan dengan adanya hikayat-hikayat pada masa kerajaan Islam yang syair-syairnya berisi seruan perjuangan. Para ulama menggelorakan jihad melawan penjajah Belanda.
Di akhir abad ke-19, muncul ideologi pembaruan Islam yang diserukan oleh Jamal-al-Din Afghani dan Muhammad Abduh. Ulama-ulama Minangkabau yang belajar di KairoMesir banyak berperan dalam menyebarkan ide-ide tersebut, di antara mereka ialah Muhammad Djamil Djambek dan Abdul Karim Amrullah. Pembaruan Islam yang tumbuh begitu pesat didukung dengan berdirinya sekolah-sekolah pembaruan seperti Adabiah (1909), Diniyah Putri (1911), dan Sumatera Thawalib (1915). Pada tahun 1906, Tahir bin Jalaluddin menerbitkan koran pembaruan al-Iman di Singapura dan lima tahun kemudian, di Padang terbit koran dwi-mingguan al-Munir.

MASJID,PENDIDIKAN DAN POLITIK

Masjid Raya Medan al Ma'shun, adalah salah satu ciri bangunan berarsitektur Islam yang ada di Indonesia
Masjid adalah tempat ibadah Muslim yang dapat dijumpai diberbagai tempat di Indonesia. Menurut data Lembaga Ta'mir Masjid Indonesia, saat ini terdapat 125 ribu masjid yang dikelola oleh lembaga tersebut, sedangkan jumlah secara keseluruhan berdasarkan data Departemen Agama tahun 2004, jumlah masjid di Indonesia sebanyak 643.834 buah, jumlah ini meningkat dari data tahun 1977 yang sebanyak 392.044 buah. Diperkirakan, jumlah masjid dan mushala di Indonesia saat ini antara 600-800 ribu buah.[11] Adapun menurut penuturan Komjen Pol Syafruddin Wakil Ketum Dewan Masjid Indonesia menyebut sesuai data tahun 2017, bahwa Indonesia memiliki sekitar 800 ribu masjid. Dalam pada itu, pengelolaan masjid di Indonesia berbeda dengan masjid di negara lain. Pemerintah tak secara langsung membangun dan mengelola masjid, tetapi lewat swadaya masyarakat, begitu juga dalam hal pengelolaannya.[12]
2.PENDIDIKAN
Pesantren adalah salah satu sistem pendidikan Islam yang ada di Indonesia dengan ciri yang khas dan unik, juga dianggap sebagai sistem pendidikan paling tua di Indonesia.[13] Di Indonesia, Kementerian Agama merupakan pemangku tanggung jawab pendidikan agama dan pendidikan keagamaan menyiapkan rencana strategis yang ditetapkan melalui Keputusan Menteri Agama Nomor 39 tahun 2015. Hal-hal yang ada di sana kemudian dituangkan dalam rumusan tugas dan fungsi Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Kemenag sesuai Peraturan Menteri Agama Nomor 42 tahun 2016. Lingkup layanan Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren meliputi jalur pendidikan formal, yang mencakup pendidikan diniyah formal, satuan pendidikan muadalah, dan ma'had 'ali. Pendidikan diniyah non formal mencakup madrasah diniyah takmiliyah, pendidikan al-Quran, dan program pendidikan kesetaraan serta pondok pesantren sebagai penyelenggara maupun satuan pendidikan.[14] Selain itu, dalam pendidikan Islam di Indonesia juga dikenal adanya Madrasah Ibtidaiyah (dasar), Madrasah Tsanawiyah (lanjutan), dan Madrasah Aliyah (menengah). Untuk tingkat universitas Islam di Indonesia juga kian maju seiring dengan perkembangan zaman, hal ini dapat dilihat dari terus beragamnya universitas Islam. Hampir disetiap provinsi di Indonesia dapat dijumpai Institut Agama Islam Negeri serta beberapa universitas Islam lainnya seperti Universitas Islam Negeri (UIN) dengan nama yang berbeda-beda berdasarkan nama tokoh penyiaran islam masa lampau semisal di Makassar dengan nama Universitas Islam Negeri Sultan Alauddin disingkat (UINAM).
Berdasar pada data dari Direktorat Jenderal Pendidikan Islam pada awal 2018, dari 326.327 lembaga pendidikan Islam yang dinaungi, 76,1% atau 248.290 lembaga merupakan pendidikan diniyah dan pondok pesantren. Terbagi lagi menjadi 28.194 pondok pesantren, 84.966 madrasah diniyah takmiliyah, serta pendidikan al-Quran sebanyak 135.130. Selebihnya 23,9% lembaga pendidikan Islam lainnya terbagi jadi raudhatul athfal (27.999), madrasah ibtidaiyah (24.560), madrasah tsanawiyah (16.934), madrasah aliyah (7.843) dan perguruan tinggi agama (756). Itu belumlah mencakup sejumlah lembaga pendidikan yang berupa program pendidikan kesetaraan pada pondok pesantren (1.508), pendidikan diniyah formal (59), pendidikan muadalah (80), dan ma'had 'aliy (29).[14]
Kemudian berbicara mengenai statistik lainnya, dari total 2.378.566 tenaga pendidik, 63% atau 1.4999.859 mengajar di pendidikan diniyah dan pondok pesantren. Para pengajar ini bertanggung jawab pada 18.196.034 siswa atau 64,2% dari semua peserta didik pendidikan Islam (28.324.088 orang).[14
       3. POLITIK
Seiring dengan reformasi 1998, di Indonesia jumlah partai politik Islam kian bertambah. Pada Pemilu 1999, 17 partai Islam —yaitu 12 partai Islam dan 5 partai lain berazaskan Islam dan Pancasila— ikut berlaga dalam pemilihan tersebut. Kesiapan mereka dalam hal administrasi —terkecuali PPP yang memang sudah tua— mengagumkan mengingat mereka dapat mengikuti segala syarat pemilu yang cukup ketat, serupa bahwa setiap partai harus punya cabang sekurangnya di 14 provinsi. Namun demikian, seluruh partai Islam itu kalah jauh dari PDI yang meraup sekitar 34% suara.[16] Dalam Pemilu tersebut, PPP meraih 11.329.905 suara (10,7 persen) dan bercokol pada peringkat ketiga,[17] karena itu Partai Persatuan Pembangunan meraih 5 besar. Partai Bulan Bintang mampu membentuk fraksi sendiri walau cuma 13 anggota, dan Partai Keadilan hanya memperoleh 7 kursi DPR saja.[16] Bila sebelumnya hanya ada satu partai politik Islam, yakni Partai Persatuan Pembangunan-akibat adanya kebijakan pemerintah yang membatasi jumlah partai politik, pada pemilu 2004 terdapat enam partai politik yang berasaskan Islam, yaitu Partai Persatuan PembangunanPartai Keadilan SejahteraPartai Bintang ReformasiPartai Amanat NasionalPartai Kebangkitan Bangsa dan Partai Bulan Bintang.

nama 9 wali

Tokoh penyebar agama islam di Indonesia adalah walisongo antara lain,
  1. Sunan Ampel
  2. Sunan Bonang
  3. Sunan Muria
  4. Sunan Gunung Jati
  5. Sunan Kalijaga
  6. Sunan Giri
  7. Sunan Kudus
  8. Sunan Drajat
  9. Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim)


6 agama di indonesia



Enam agama utama di Indonesia

Berdasarkan Penjelsaan Atas Penetapan Presiden No 1 Tahun 1965 Terhadap Penyalahgunaan dan/atau Penodaan Agama Pasal 1, “Agama-agama yang dipeluk oleh pendudukl di Indonesia adalah Islam, Kriseten (Protestan), Katolik, Hindu, Budha dan Kong Hu Cu”.

Agama Islam

Indonesia adalah negara dengan penduduk muslim terbanyak di dunia, dengan 87,18& dari jumlah penduduk ialah penganut agama Islam. Mayoritas muslim bisa di jumpai di wilayah barat indonesia (Jawa dan Sumatera) sampai wilayah pesisir Pulau Kalimantan. Sedangkan pada wilayah timur Indonesia, persentase pengikutnya tidak sebesar di wilayah barat. Sekitar 98% Muslim di Indonesia merupakan penganut aliran Sunni. Sisanya, sekitar dua juta pengikut adalah Syiah (diatas satu persen), bedahalnya dengan dijawa.
Sejarah Islam di Indonesia begitu kompleks serta mencerminkan keanekaragaman dan juga kesempurnaan tersebut kedalam kultur. Di abad ke-12, sebagian besar pedagang orang Islam dari India tiba di pulau Sumatera, Jawa serta Kalimantan. Hindu yang dominan dengan kerajaan Buddha, contohnya Sriwijaya dan Majapahit, mengalami kemunduran, dimana banyak pengikutnya berpindah agama ke Islam. Dengan jumlah yang lebih kecil, penganut Hindu berpindah ke Bali, sebagian lagi ke Sumatera dan Jawa. Dalam beberapa kasus, ajaran Islam di Indonesia dipraktikkan dengan bentuk yang lebih berbeda bila kita bandingkan dengan Islam daerah Timur Tengah.

Kekristenan

  • Kristen Protestan
Berkembangnya Kriten Protestan di Indonesia sejak masa kolonial Belanda (VOC), sekitar abad ke-16. Kebijakan VOC yang melakukan revormasi Katolik dengan sukses dan berhasil meningkatkan jumlah penganut paham Protestan di Indonesia. Agama ini begitu pesat perkembangannya pada abad ke-20 yang ditandai oleh datangnya para misionaris dari Eropa ke beberapa wilayah di Indonesia, seperti wilayah barat Papua dan lebih sedikit terletak di kepulauan Sunda. Di tahun 1945, saat terjadi pembuatan kekuasaan, orang yang tidak beragama dianggap sebagai orang yang tidak ber-Tuhan, oleh sebab itu tidak mendapaat hak-haknya yang penuh sebagai warganegara. Hasilnya, gereja Protestan mengalami suatu pertumbuhan anggota.
  • Kristen Katolik
Untuk pertama kalinya agama Katolik masuk ke Indonesia di bagian pertama abad ketujuh di Sumatera Utara. Fakta tersebut ditegaskan kembali oleh (Alm) Prof. Dr. Sucipto Wirjosuprapto. Untuk mengerti fakta tersebut perlu penelitian serta kesaksian dan rentetan yang tersebar dalam jangka waktu dan tempat yang lebih luas. Berita itu bisa dibaca dalam sejarah kuno karangan seorang ahli sejarah Shaykh Abu Salih al-Armini yang menulis buku “Daftar gereja-gereja dan pertapaan dari provinsi Mesir dan tanah-tanah diluarnya”. Tentang berita 707 gereja dan 181 petapaan Serani yang terbesar di Mesir, Abbessinia, Spanyol, Afrika Barat, Nubia, Arabia, India dan Indonesia
  • Kristen Ortodoks
Walaupun Kristen Ortodoks sudah di Indonesia pada abad ke-7. Baru pada abad ke-20 Ortodoks Timur hadir secara resmi dengan nama Gereja Ortodoks Indonesia (GOI), dimana semua imam Gereja Ortodoks di Indonesia berasal dari dua wilayah, yakni yang pertama Gereja Ortodoks Yunani Kepatriarkan Konstantinopel lalu Gereja Ortodoks Rusia diluar Rusia Kepatriarkan Moskow. Ketua umum Gereja Ortodoks Indonesia ialah Arkimandrit Romo Daniel Bambang Dwi Byantoro, Ph.D. yang merupakan imam indonesia pertama Gereja Ortodoks di indonesia. Selaim itu di Indonesia ada Gereja Ortodoks Oriental, yaitu kelompok Gereja Ortodoks Koptik dan Gereja Ortodoks Suryani.

Hindu

Agama Hindu pertama kali tiba di Indonesia pada abad pertama Masehi, bersamaan dengan datangnnya agama Budha, lalu menghasilkan sejumlah kerjaan Hindu-Budha contohnya Kutai, Majapahit dan Mataram. Camdi Prambanan merupakan juil Hindu yang dibangun semasa kerjaan Majapahit, pada masa dinasti Snjaya. Kerjaan tersebut hidup sampai abad ke 16 M, saat kerjaan Islam mulai berkembang. Peirode ini, dikenal sebagai periode Hindu-Indonesia, yang bertahan selama 16 abad penuh.

Buddha

Agama tertua kedua di Indonesia adalah Buddha, datang saat abad ke enam masehi. Sejarah Buddha di Indonesia sangat erat hubungannya dengan sejarah Hindu, sejumlah kerajaan Buddha sudah dibangun sekitar periode yang sama. Seperti kerjaan Sailendra, Mataram dan Sriwijaya. Kedatangan agama Buddha sudaha dimulai dengan aktivitas perdagangan mulai awal abad pertama lewat Jalur Sutra antara India dan Indonesia. Sejumlah warisan bisa ditemukan di Indonesia, mencakup prasasti atau patung dari Kerjaan Buddha dan candi Borobudur di Magelang yang lebih awal.

Konghucu

Peta persebaran umat Khonghucu di Indonesia berdasarkan sensus tahun 2010.
Agama yang berasal dari Cina daratan ini berawal dibawa oleh para pedagang Tiongjoa dan imigran. Diperkirakan pada abad ketigas Masehi, orang Tionghoa datang di kepulauan Nusantara. Beda dengan agama yang lainnya, Konghucu lebih lebih menitik beratkan pada praktik dan kepercayaan yang individual, lepas daripada kode etik melakukannya, bukannya sebuah agama masyarakat yang tertata dengan naik, ataupun jalan hidup serta pergerakan sosial. Di era 1900-an pemeluk konghucu membentuk organisasi, disebut Tiong Hoa Hwee Koan (THHK) di batavia (Jakarta).

Hubungan antar agama

Meski pemerintah Indonesia mengenali sejumlah agama berbeda, konflik antar agama terkadang tidak terelakkkan. Di masa Orde Baru, Soeharto mengeluarkan perundang-undangan yang oleh sekelompok kalangan dirasa anti Tionghoa. Presiden Soeharto mencoba membatasi apapun yang berhungan dengan budaya tionghoa, seperti nama dan agama. Untuk hasilnya, Buddha dan Khonghucu telah diasingkan.
Sekitar 1966 dan 1998, Soeharto beriktiar untuk de-Islamisasi pemerintahaan, dengan memberikan proporsi lebih besar pada orang-orang Kristen di dalam kabinet. Tetapi pada awal 1990-an, isu Islamisasi yang keluar, serta militer terbelah menjadi dua kelompok, Islam dan nasionalis. Golongan Islam, yang waktu itu dipimpin oleh Jendral Prabowo, berpihak pada Islamisasi, sedangkan Jendral Wiranto dari golongan nasionalis, perpegang pada negara sekuler.

kerajaan turki usmani

Kerajaan Turki Utsmani

  • 1299 M – Sebuah pemerintahan yang kecil di Turki di bawah Turki Seljuk didirikan di barat Anatolia.
  • 1301 M – Osman I menyatakan bahwa dirinya sebagai seorang sultan. Dan berdirinya Kerajaan Turki Usmani.
  • 1402 M – Timurlane, Raja Tartar (Mongol) menghabiskan tentera Uthmaniyyah di Ankara.
  • 1451 M – Sultan Muhammad al-Fatih menjadi seorang pemimpin pemerintah.
  • 1687 M – Wafatnya Sultan Muhammad IV.
  • 1804 M – Kebangkitan dan pemberontakan bangsa Serbia yang pertama.
  • 1815 M – Kebangkitan dan pemberontakan bangsa Serbia kedua.
  • 1826 M – Kekalahan tentera laut Uthmaniyyah di Navarino. Dan pembunuhan secara massal tentara elit Janissari.
  • 1830 M – Kemerdekaan Greece dan berakhirnya peperangan.
  • 1853 M – Awal Perang Crimea.
  • 1856 M – Berakhirnya Perang Crimea.
  • 1912 M dan 1913 M – Perang Balkan pertama dan Perang Balkan kedua
  • 1924 M – Khalifah dihapus.Dan berakhirnya sebuah pemerintahan Kerajaan Turki Utsmani.
Agama islam pertama masuk ke Indonesia melalui proses perdagangan, pendidikan dan lain-lain.
Tokoh penyebar agama islam di Indonesia adalah walisongo antara lain,
  1. Sunan Ampel
  2. Sunan Bonang
  3. Sunan Muria
  4. Sunan Gunung Jati
  5. Sunan Kalijaga
  6. Sunan Giri
  7. Sunan Kudus
  8. Sunan Drajat
  9. Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim)